Bagian otak yang bertugas mengendalikan emosi dan perilaku, yaitu prefrontal cortex (PFC), berkembang paling lambat dan baru matang sekitar usia 20-an. Ini berarti:
●anak belum mampu memilih respons yang tenang
●anak belum bisa merasionalisasi perasaan
●anak belum bisa menunda keinginan
●anak belum stabil dalam mengelola frustrasi.
Jadi ketika anak marah karena salah satu puzzle tidak pas, itu bukan akting atau drama berlebihan tapi itu adalah otak yang belum punya alat lengkap untuk memproses emosi sulit.
Mengapa Konflik Kecil Bisa Jadi “Besar” bagi Anak?
Kita sering melihat konflik kecil, tetapi bagi otak anak hal itu dapat berarti:
●“Aku tidak aman”
●“Aku tidak dipahami”
●“Aku kehilangan kontrol”
Karena Amigdala aktif duluan, otak anak tidak bisa berpikir jernih. PFC yang fungsinya menenangkan dan mengatur belum bisa bekerja saat itu. Hasilnya ? teriakan, tangisan, banting barang, ngambek.
Baca Juga: Dosen FEB UI Mengajar dan Belajar “Sustainability” bersama Prince of Songkla University di Thailand
Artikel Terkait
Dosen UPNVJ Tingkatkan Kesehatan Santri dengan Pengukuran Status Gizi dan Edukasi Diabetes
Ketika Etika dan Teknologi Bertemu : Arah Baru Jurnalisme Indonesia
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan Beda Tahun Buku di Coretax
Mengenal Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas Kegiatan Membangun Sendiri
Menata Ulang Arah Pembangunan Kota Depok : Dari Kota Transit Menuju Kota Peradaban
Pengabdian Masyarakat "Sinergi Hijau" Departemen Kimia FMIPA UI 2025: Satu Tetes Jelantah Membangun Kemandirian dan Masa Depan Kota Depok