RADARDEPOK.COM - Perjuangan meraih, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan tidak dapat dilepaskan dari peran penting santri, ulama dan pemuda sepanjang sejarah bangsa Indonesia. Kelahiran Muhammadiyah yang didirikan oleh oleh K.H. Ahmad Dahlan tanggal 8 Agustus 1912 di Yogyakarta menandai adanya sebuah gerakan massif dan terstruktur untuk mengokohkan ajaran Islam yang bersifat moderat. Upaya tersebut mendorong pendidikan Islam yang berkualitas, memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi umat Muslim di tengah kuatnya pengaruh penjajah Belanda yang senantiasa berusaha melemahkan pondasi kekuatan umat Islam dari sisi ajaran, budaya, pendidikan dan perekonomian pada masanya.
Baca Juga: Spesial Hari Listrik Nasional ke-78, PLN Gelar Promo Tambah Daya Hanya Rp271.023
Seiring dengan semakin beratnya tantangan yang dihadapi umat Islam beberapa tahun kemudian Nahdatul Ulama pun lahir dengan spectrum perjuangan yang lebih luas dan lebih luwes. NU yang pendiriannya dipelopori oleh KH. Wahab Chasbullah dan KH. Hasyim Asy’ari tanggal 31 Desember 1926/16 Rajab 1344, di Kampung Kertopaten, Surabaya, Jawa Timur hadir untuk menguatkan perjuangan ala Wali Songo yang mensinergikan antara ajaran ahlus sunnah wal jamaah, mempromosikan ajaran Islam rahmatan lil alamin sekaligus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia secara fisik, lahir batin, spiritual dan berbagai jalur diplomasi.
Baca Juga: Forum Anak Kelurahan Mekarjaya Gelar Pemilihan Ketua
Kelahiran NU sendiri dideklarasikan sebagai sebagai muara dari tiga gerakan aktivis pesantren, yaitu gerakan pencerahan (Tashwirul Afkar), gerakan nasionalisme (Nahdlatul Wathan) dan gerakan kemandirian ekonomi (Nahdlatut Tujjar). Lahirnya NU sejatinya merupakan kristalisasi dari proses gerakan kebangsaan ketiga perkumpulan tersebut.
Baca Juga: Taman Pemuda Pratama, Rekomendasi Tempat Wisata Ramah Anak di Depok
Pelaku sejarah, Ruslan Abdul Gani mencatat bahwa pada masa itu NU tumbuh cepat dan nyaris merata di seluruh Indonesia. Pasca Deklarasi NU, terjadi gerakan sistematis muslim desa yang secara perlahan tapi pasti berkelindan menjadi mata rantai kebangkitan rakyat secara nasional, termasuk menyiapkan cikal bakal gerakan para pemuda. Sebagai salah satu dampak positif dari gerakan ini, setahun sebelum deklarasi Sumpah Pemuda, tepatnya pada tanggal 9 Oktober 1927, para kiai NU dalam forum tertinggi NU memutuskan menabuh genderang perang kebudayaan. Para kiai NU menggemakan gerakan nasional bagi pelarangan budaya Belanda yang tersimbolkan dalam ornamen mode pakaian.
Baca Juga: Wakil Walikota Depok Hadiri Maulid Nabi Muhammad SMPN 29 Depok
Semangat perjuangan meraih kemerdekaan yang dipelopori para Kyai dan santri dari berbagai daerah dibuktikan dengan terjadinya peperangan yang mengharuskan mereka berhadap-hadapan langsung di medan pertempuran melawan penjajah Belanda. Namun karena melalui jalur perjuangan fisik tidak mudah untuk meraih kemerdekaan, maka para pemuda memikirkan cara lain yang lebih terstruktur untuk memperjuangkan kemerdekaan. Apa yang telah dipelopori para ulama dan santri tersebut di atas kemudian membangkitkan gelora motivasi dan memberi inspirasi kepara para pemuda untuk menguatkan konsolidasi bagi gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Semangat inilah kemudian yang melahirkan Sumpah Pemuda.
Sumpah Pemuda tidak dapat dipungkiri adalah sebagai tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Baca Juga: Ribuan Anak Yatim di Depok Berdoa di Ultah Ganjar
Sumpah Pemuda ini lahir dari sebuah Kongres Pemuda yang digagas Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang merupakan organisasi berisi kumpulan pelajar dari seluruh Indonesia. Kongres Pemuda ini menghasilkan deklarasi Sumpah Pemuda pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 1928 di Oost-Java Bioscoop jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat dalam sebuah deklarasi yang menegaskan cita-cita kemerdekaan dengan adanya satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa yang bernama Indonesia.
Baca Juga: Ribuan Anak Yatim di Depok Berdoa di Ultah Ganjar
Terjadinya kemerdekaan yang ditunggu-tunggu tersebut tidak dapat dilepaskan dari adanya faktor pemicu utama, yaitu deklarasi maklumat Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama (NU) oleh KH Hasyim ‘Asyari Tanggal 22 Oktober 1945. Resolusi jihad tersebut sangat berpengaruh besar bagi tercapainya kemerdekaan bangsa, terutama karena para pemuda, khususnya kalangan santri pada masanya, sontak tersengat semangat nasionalisme mereka dan kemudian tanpa ragu bergegas ke medan jihad melawan penjajah Belanda.
Baca Juga: Program Jumat Curhat, Kapolres Metro Depok Ingatkan Warga Agar Mewaspadai Penipuan di Medsos