Baca Juga: Maruarar Sirait: Kalau Tak Ada Jokowi dan Prabowo, Tak Ada Contoh Kerukunan
Muslimat sebagai bagian dari jamaah NU yang menurut catatan ‘Kompas’ berjumlah sekitar 150 juta jiwa tentunya menjadi bagian tak terpisahkan dari target pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Sebagai organisasi yang kental dengan nuansa pendidikan, dakwah, sosial kemasyarakatan termasuk ekonomi berbasis kerakyatan, maju dan tingginya kualitas jam’iyyah Muslimat NU akan berkontribusi positif bagi terwujudnya pembangunan akhlak, kepribadian karakter dan kesejahteraan bangsa.
Bila mencermati kedalaman hikmah dari peringatan Harlah Muslimat NU ke-78 kemarin, dilaksanakannya di awal tahun 2024 dan bertepatan dengan bulan Rajab bulan mulia yang diagungkan, bisa jadi menjadi penanda bagi semua kalangan agar bergegas untuk menyiapkan diri bagi pembuatan resolusi awal tahun untuk meningkatkan kualitas diri dalam berbagai bidang menghadapi tahun yang penuh ketidakpastian ini. Apalagi kemudian, kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Rajab sebagai bulan yang mulia dan sering dijadikan sebagai titik awal perbaikan diri untuk menyiapkan energi lahir batin menghadapi bulan Sya’ban dan Ramadhan demi menggapai kesucian diri pada hari Idul Fitri mendatang.
Baca Juga: Pernah Jabat Direktur RSUD KiSA, Walikota Depok Ungkap Peran Devi Maryori saat Pandemi Covid 19
Bila mengacu pada kaca mata nilai-nilai Neuro Linguistic Programming (NLP), yang salah satu presuposisi-nya berbunyi: “Setiap Perilaku Mempunyai Intensi Positif”, maka seyogyanya kegiatan Harlah Muslimat NU ke-78 ini mampu dimaknai secara lebih positif, baik oleh kalangan Nahdhiyyin maupun seluruh elemen bangsa lainnya sebagai momentum untuk membangkitkan kesadaran bagi penguatan peran perempuan Indonesia dalam pembangunan karakter bangsa di tengah berkurangnya keteladanan dari para tokoh, terjadinya dekadensi moral, maupun menurunnya pengamalan nilai-nilai pancasila di tengah-tengah kehidupan masyarakat saat ini. ***
Oleh : Azman Ridha Zain (Ketua LPNU PCINU Arab Saudi 2018-2021)