- Levner dituntut untuk mampu menetapkan tujuan proyek secara jelas dengan cara menentukan setiap parameter keberhasilan yang dapat terukur sesuai dengan tujuan klien.
- Menetapkan roadmap yang jelas dan terukur selama siklus hidup proyek, hal ini bertujuan untuk memberikan kepastian kepada klien akan kemajuan proyek dan memastikan rencana dapat dieksekusi dengan baik oleh seluruh tim.
Baca Juga: Pemkot Depok Sajikan Depok Open Space II : Tempat Ini Memperluas Area Berekspresi Masyarakat
Konsep berikutnya yaitu Traceability (kemamputelusuran), dimana nilai ini sangat penting untuk dapat memberikan gambaran kepada klien tentang:
- Komitmen melakukan transparansi dengan cara selalu mendokumentasikan setiap proses layanan konsultasi yang dikerjakan, metodelogi yang dijalankan, hingga hasil pengujian dan pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan.
- Komitmen dalam melakukan pendokumentasian. Levner dengan cermat mencatat baik itu keputusan, tindakan dan hasil, serta memberikan jejak komprehensif yang tidak hanya mendukung menajemen proyek tetapi juga memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi yang efektif antara tim dan para klien.
Baca Juga: Keren! Kelurahan Cipayung Jaya Depok Rembuk Stunting, Bidik 41 Bocah
Kombinasi kedua konsep di atas dijadikan salah satu nilai yang berusaha untuk terus dibangun Lenver, yaitu Accountabillity (akuntabilitas) atau secara Bahasa dapat diartikan dipertanggungjawabkan. Melaui nilai akuntabilitas, Levner menjamin bahwa setiap layanan konsultasi baik dalam hal metodelogi, proses kerja, hasil pengukuran maupun hasil pengujian dapat diperertanggungjawabkan. Dari konsep inilah yang akan menumbuhkan budaya akuntabilitas di Levner Consulting, dengan memberikan komitmen akan hasil yang terukur, menjaga transparansi pekerjaan yang dilakukan dan terus berupaya mencapai keunggulan dalam segala hal yang dilakukan.
Gugi adalah sosok pemimpin muda millennial yang sangat inspriratif, tak segan-segan dalam berbagi ilmu akan kepemimpinan yang membuatnya berada hingga di posisi saat ini. Bagaimana menjadi pemimpin yang adaptif, inovatif, kolaboratif dan tak lupa tetap berorientasi terhadap tanggung jawab sosial.
Gugi Yogaswara telah membuktikan bahwa generasi milenial dapat menjadi pemimpin-pemimpin yang andal dan inovatif di dunia bisnis konsultasi. Levner Consulting, di bawah kepemimpinannya, terus berinovasi dan berkembang, menjadi salah satu pemain konsultasi yang patut diperhitungkan di Indonesia.
Baca Juga: Wujudkan ODF! Kelurahan Cilangkap Depok Bikin 29 Septictank, Tersisa Lima Lubang
Menarik untuk mengetahui bagaimana Gugi dapat menjadi sosok pemimpin milenial yang dapat menggerakkan bisnis konsultasi, berdasarkan buku How to Lead : Wisdom from the World Greatest CEOs, Faounder and Game Changer karya David M. Rubenstein, setidaknya ada 7 (tujuh) kecocokan nilai yang dapat dipelajari dari sosok Gugi Yogaswara, diantaranya sebagai berikut:
- Desire to success
Apa yang telah Gugi dan Levner capai saat ini bukanlah ujung pecapaian, begitu ujar Gugi saat wawancara dilakukan, karena sesungguhnya yang menjadi motivasi Gugi dalam mencapai kesuksesannya adalah keinginannya untuk selalu berhasil menyelesaikan tantangan – tantangan baru. Sehingga fokus dengan kemampuan beradaptasi adalah salah satu jalan yang dipilih Gugi & Levner dalam menggerakkan roda bisnis dan senantiasa meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dengan pelatihan rutin dan membangun learning ecosystem dengan jadwal sharing session secara bergantian. Salah satu kebisaan manarik yang dimiliki Gugi dan juga diyakini juga sedikit banyak berkontribusi terhadap karakter kepemimpinanny adalah kegemarannya untuk belajar dari manapun, misalnya melalui Youtube, buku, dan mentor.
- Hard work/ long hours
Karakteristik yang diyakini dimiliki oleh talenta muda adalah semangat juang atau kesediaan untuk bekerja dan belajar lebih keras. Itu juga yang dipelajari Gugi saat berkuliah di Jepang, dimana sikap ambisius adalah satu – satunya jalan untuk dapat beradaptasi dilingkungan perkuliahannya saat itu, dengan ambisi Gugi meyakini kemampuan bekerja keras akan muncul. Belajar dari pengalaman tersebut, salah satu yang Gugi yakini dalam keputusannya merekrut talenta muda sebagai punggawa Levner adalah karena anak – anak muda memiliki kesediaan untuk bekerja lebih keras untuk belajar dan menerapkan hasil belajarnya dibandingkan generasi yang lebih berpengalaman. Dengan semangat itu Levner berhasil mempertahankan bahkan meningkatkan ketahanan bisnisnya walaupun pandemi datang, berlalu dan hingga saat ini.
- Pain or failure
Kegagalan atau Gugi lebih setuju dengan istilah kesakitan (pain) adalah salah satu faktor yang dapat membuat seseorang berada pada kondisi lebih baik. Rasa sakit disini adalah dalam konteks sakit karena diremehkan, sehingga dengan itu akan muncul dalam diri rasa ingin memberikan pembuktian dan memaksa diri menemukan cara dan formula yang lebih efektif dalam menyelesaikan permasalahan. Pelajaran ini Gugi dapatkan ketika atasannya sewaktu bekerja tidak dapat mengoptimalkan bakat dan kemampuannya yang sebenarnya, namun hanya sebatas diberikan pekerjaan rutin yang sesungguhnya sudah sangat mahir dilakukan. Kemudian berbekal jurnal dari Harvard Business Review berjudul Managing Your Boss , Gugi memberanikan diri untuk menghadap atasannya dan mengutarakan kemampuan yang dia miliki dan apa saja kemampuan yang bisa atasannya andalkan darinya, seperti melakukan manajerial dan menyelesaikan permasalahan operasional bisnis yang sedang terjadi di Perusahaan. Dan ternyata cara tersebut efektif menarik perhatian atasannya dan memberikan kesempatan Gugi untuk melakukan analisa dan pemaparan usulan inisiatif yang harus dilakukan kepada manajemen.
- The ability to keep learning
Ilustrasi Leaving the convert zone dari sebuah artikel berjudul How to Leave Your Comfort Zone and Enter Your ‘Growth Zone tulisan Oliver Page, MD Ditinjau secara ilmiah oleh Maike Neuhaus Ph.D. seorang dosen psikologi dan riset di Universitas Quensland adalah diagram yang dijelakan Gugi bagaimana cara dia menemukan kemampuan untuk menjadi pembelajar yang konsisten, bahkan Gugi merasa sudah dapat bersahabat dan berdamai dengan fear zone (zona ketakutan) bahkan dapat mengubah zona ketakutan menjadi zona pembelajarannya (learning zone).
Sumber : PositivePsychology.com Toolkit – ‘Leaving The Comfort Zone’