ruang-publik

Drama Emosi Di rumah, Apa Yang Sebenarnya Terjadi Di Otak Anak?

Minggu, 30 November 2025 | 18:13 WIB
Sheyla Riana Dewi, Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Psikologi (2025)

Oleh : Sheyla Riana Dewi, Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Psikologi (2025)

RADARDEPOK.COM - “Bangun tidur langsung nangis?” “Minta susu yang sama, tapi pas dikasih marah-marah ?” “Ditanya pelan-pelan, jawabnya teriak ?”Drama kecil semacam ini hampir selalu ada di rumah yang ada anak kecil.

Kadang bikin orang tua menghela napas panjang sambil bertanya: “Ini anak kenapa sih? Kok kayak nggak bisa diajak mikir?” Tenang, bukan berarti anak sengaja cari ribut atau tidak mau diatur. Drama emosinya sebenarnya terjadi karena otaknya memang belum siap mengolah emosi serumit itu.

Pada risalah ini, kita akan memahami apa yang sedang terjadi di dalam otak anak ketika ia tantrum, menangis, atau meledak karena hal kecil dan bagaimana orang dewasa bisa membantu menenangkan sistem sarafnya.

Baca Juga: Dari Awam Jadi Paham : Menjembatani Kesenjangan Informasi Coretax dengan Helpdesk Cerdas 24 Jam

Mengapa Anak Mudah Meledak? Kenalan dengan Amigdala: Alarm Emosi Otak

Amigdala adalah bagian otak yang bertugas mendeteksi ancaman dan memicu respons emosional cepat. Pada orang dewasa, bagian ini bekerja bersamaan dengan prefrontal cortex untuk menilai apakah suatu hal benar-benar bahaya atau hanya salah paham kecil.

Pada anak, amigdalanya sudah aktif, tetapi prefrontal cortex-nya belum matang. Itu sebabnya hal kecil bisa terasa “besar”, suara keras terasa mengancam, perubahan kecil dalam rutinitas bisa memicu reaksi emosional besar.

Bagi anak, amigdala itu seperti alarm rumah yang berisik dan super sensitif. Sedikit gesekan, langsung “WEEEEENG!”

Baca Juga: Satu Negeri Dua Realitas

Sistem Stres Anak Masih Rapuh

Saat anak marah atau takut, tubuhnya mengaktifkan sistem stres: hormon kortisol, jantung berdetak cepat, napas lebih pendek. Pada orang dewasa, sistem stres ini bisa mereda cepat karena otak mampu meregulasi.

Pada anak, sistem ini masih belajar sehingga ia cepat kewalahan, sulit menenangkan diri sendiri, butuh bantuan orang dewasa untuk kembali stabil. Makanya, ketika anak nangis lalu dipeluk, diusap, atau diajak napas pelan, sistem stresnya menurun secara biologis, bukan cuma psikologis.

Baca Juga: Dari Sampah Jadi Cuan: Rumah Gizi Marunda Ciptakan Warga Berdaya dan Sehat

Regulasi Emosi: Anak Tidak “Bandel”, Mereka Sebenarnya Sedang Belajar

Halaman:

Tags

Terkini

Membangun Komunikasi Inklusif Bagi Difabel

Kamis, 11 Desember 2025 | 19:43 WIB

Satu Negeri Dua Realitas

Jumat, 28 November 2025 | 08:55 WIB

Pahlawan Hari Ini

Senin, 10 November 2025 | 19:20 WIB

Menembus Pasar Internasional dengan Produk Daur Ulang

Selasa, 16 September 2025 | 19:56 WIB