ruang-publik

Hijrah Politik Menuju Kesejahteraan Sosial: Refleksi Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 H atau 2023 M

Rabu, 19 Juli 2023 | 18:59 WIB
Refleksi di Tahun Baru Islam 1 Muharam 1445 H atau 2023 Masehi oleh Dr. H. Heri Solehudin Atmawidjaja.

RADARDEPOK.COM - Peringatan Tahun Baru 1445 Hijriah mengandung makna yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam dalam berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Sebab, 1 Muharam 1445 H diperingati sebagai hari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari kota Makkah ke kota Madinah adalah merupakan langkah strategis dalam perjuangan dakwah dan politik umat Islam saat itu.

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad adalah hasil pemikiran yang sangat luar biasa dari Nabi Muhammad SAW yang dapat melintasi ruang dan waktu sehingga dapat diimplementasikan oleh ummatnya pada setiap tempat dan zaman.

Baca Juga: Refleksi Idul Adha 1444 H: Tauhid Kepemimpinan-Napak Tilas Perjalanan Nabi Ibrahim AS

Hal ini menandakan bahwa pemikiran hijrah adalah ijtihad kenabian yang memiliki orientasi jangka panjang, dirancang dengan strategi yang matang dan teknis perjalanan yang sangat cermat (dalam sebuah Riwayat disebutkan bahwa Nabi memilih rute yang tidak dilalui oleh orang kebanyakan orang kafir dengan perbekalan yang cukup, kendaraan yang kuat dengan intelejen yang hebat).

Makna historis hijrah bukan hanya sekedar perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat yang lain, akan tetapi sebagaimana hijrah yang dilakukan Muhammad SAW memiliki orientasi akan perjuangan demi terciptanya perubahan yang lebih baik. Yang dalam konteks Rasulullah saat itu sebagai strategi politik dalam rangka akselerasi dakwah Islamiyah. Strategi tersebut telah berhasil mengantarkan Rasulullah dan menciptakan kekuatan yang maha dahsyat ketika di Madinah Rasulullah bukan hanya sebagai pemimpin agama tetapi juga menjadi pemimpin negara

Piagam Madinah

Hal tersebut dapat dilihat dari upaya Nabi Muhammad SAW dalam membuat piagam politik yang mengatur kehidupan bersama, meletakkan dasar dan aturan pokok dalam tata kehidupan sosial masyarakat Madinah yang meliputi kebebasan beragama, hubungan antar kelompok dan suku, kewajiban mempertahankan persatuan serta mempersatukan berbagai kelompok sosial dalam kesetaraan. Inisiatif inilah yang kemudian lebih dikenal sebagai praktek siyasah dalam Islam.

Baca Juga: Pancasila, Adanya Seperti Tidak Adanya (Wujuduhu Ka’adamihi)

Menyadari akan posisinya sebagai pemimpin negara yang harus melindungi setiap warga negaranya tanpa membedakan apakah mereka telah mengikuti jejaknya dan memeluk agama Islam atau belum, bahkan Rasulullah menjamin bahwa Madinah adalah negeri kedamaian dan keselamatan, barang siapa yang masuk kedalamnya akan aman terlindungi terlepas apapun agamanya. Hal itulah yang tertuang dalam Piagam Madinah yang sangat terkenal mampu membangun tatanan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, aman dan damai. Prototipe masyarakat Madinah inilah yang dapat kita teladani dalam konteks membangun bangsa kita kedepan.

Penetapan tahun baru hijriah sebagaimana disebutkan dalam sebuah Riwayat berawal pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, ketika sebuah surat penting dari seorang Gubenur yang tidak mencantumkan waktu surat tersebut ditulis dan dikirim. Khalifah Umar kemudian merasa ada yang kurang sehingga muncul inisiatif untuk menetapkan Kalender Islam, maka dipilihlah peristiwa hijrah sebagai awal tahun baru dalam kalender Islam.

Hijrah Politik

Pada tahun politik ini makna hijrah yang selalu dinisbahkan pada kebangkitan umat Islam patut kita jadikan landasan perjuangan bersama, semangat dan ruh perubahan dan perbaikan yang tercermin dalam peristiwa Madinah dapat menjadi ruh perjuangan bangsa kedepan. Mengingat bahwa dalam kurun beberapa tahun terakhir ini bangsa ini telah mengalami disorientasi, salah arah dan salah kelola, maka sudah saatnya di tahun politik ini kita melakukan hijrah politik menuju perubahan yang lebih baik.

Bangsa kita saat ini dihadapkan pada dua pilihan yang ada, antara bertahan dalam kondisi seperti yang kita rasakan sekarang yaitu bertahan dalam kejumudan politik atau memilih jalan berhijrah politik menapaki rute jalan baru menyongsong perubahan dan perbaikan. Meskipun seringkali terasa terjal dan berliku, akan tetapi dua jalan politik yang terbentang di hadapan bangsa kita saat ini, jika bangsa ini menghendaki perbaikan nasib kedepan maka rute terjal dan berliku itupun harus kita perjuangkan bersama, akan tetapi jika kita merasa bahwa hari ini dan nasib bangsa kedepan sudah berada pada  jalur yang benar maka perubahan bukan suatu harapan dan kita menempatkan diri kita menjadi masyarakat bangsa  yang selalu istiqomah dalam kejumudan tanpa memiliki kepedulian terhadap masa depan bangsa dan anak cucu kita di masa-masa yang akan datang.

Halaman:

Tags

Terkini

Membangun Komunikasi Inklusif Bagi Difabel

Kamis, 11 Desember 2025 | 19:43 WIB

Satu Negeri Dua Realitas

Jumat, 28 November 2025 | 08:55 WIB

Pahlawan Hari Ini

Senin, 10 November 2025 | 19:20 WIB

Menembus Pasar Internasional dengan Produk Daur Ulang

Selasa, 16 September 2025 | 19:56 WIB