RADARDEPOK.COM - Praktisi dan Akademisi Perlindungan Anak, Jeanne Noveline Tedja menilai, pemerintah Depok perlu melakukan evaluasi terhadap hasil mengirimkan 96 anak ke barak militer tersebut.
Program ini melibatkan pelajar dalam jumlah besar (96 orang) dan dilakukan secara intensif selama 10 hari di barak. Dari sisi akuntabilitas publik, masyarakat berhak tahu apa tujuan kegiatan, hasil yang dicapai, dan dampaknya terhadap peserta.
“Apakah program tersebut efektif dalam meningkatkan karakter, disiplin, wawasan kebangsaan, atau tujuan lain yang dijanjikan? Evaluasi berguna untuk melihat apakah metode “dibarakkan” efektif dan layak dilanjutkan di masa depan,” tegas nane -Sapaan Jeanne Noveline Tedja- kepada Radar Depok, Selasa (10/6).
Baca Juga: 96 Lulus Barak Militer Pertama di Depok Dapat Uang Saku Rp600 Ribu, KDM Siram Rp50 Juta
Menurut Nane, anak-anak usia sekolah bisa mengalami tekanan mental, homesick, atau dinamika sosial tertentu selama tinggal di barak. Pemerintah perlu mengecek kesehatan mental dan fisik peserta setelah program.
Pemerintah harus memastikan kegiatan seperti ini tidak sekadar seremonial atau simbolik, tetapi benar-benar mendidik.
“Harus ada refleksi dari siswa dan laporan terbuka kepada orang tua serta sekolah,” ungkap doktor lulusan UI ini.
Baca Juga: Dua Hari Pencarian, Balita 18 Bulan Kecemplung di Sungai Kalibaru Depok Akhirnya Ditemukan
Kemudian, kata Nane, jika setelah dievaluasi ternyata tidak ada perubahan perilaku positif atau dampak signifikan dari program (seperti tinggal di barak selama 10 hari). Maka program tersebut perlu dikaji ulang secara serius dan tidak serta-merta dilanjutkan.
Tapi, harus diperhatikan bahwa evaluasi yang dilakukan juga berdasarkan parameter, dan dilakukan oleh professional. Misalnya dilakukan audit psikologis oleh psikolog, focus group discussion dengan pelajar yang di barak tersebut.
“Dari awal apa tujuan pengiriman pelajar ke barak harus jelas dan ada indikator/parameter. Itu yang dievaluasi,” cetus Nane.
Baca Juga: Pelayanan Loket Terminal Jatijajar Depok Dipindah, Akibat Plafon Ambruk Dihempas Puting Beliung
Kalau setelah dievaluasi ternyata tujuan tidak tercapai dan program terbukti tidak efektif, jangan dilanjutkan. Melanjutkan program yang tidak efektif berarti pemborosan anggaran dan energi. Risiko psikologis terhadap pelajar bisa jadi lebih besar dari manfaatnya.
Coba pendekatan baru: Mungkin pendekatan berbasis sekolah, project-based learning, atau kegiatan komunitas justru lebih efektif untuk membentuk karakter atau disiplin.
“Jika program tidak menghasilkan perubahan perilaku positif dan tidak ada indikator keberhasilan yang jelas, maka tidak layak dilanjutkan dalam bentuk yang sama,” kata Nane.
Artikel Terkait
Rapor Kuning 100 Hari Kerja Supian-Chandra, Vinus Sebut Kental Bayang-bayang KDM! PKB : Ada Perubahan di Depok
Pemkot Sebut Pelaku Tawuran di Depok Bisa Dibasmi Satgas Premanisme
60,95 Persen Masyarakat Belum Puas dengan Kerja Supian-Chandra, Walikota : Tidak Bisa Dilihat dari 100 Hari Kerja Saja
Jam Malam di Depok Minim Sosialisasi, Masih Ada yang Keluyuran
Presiden Prabowo Menghibahkan Dua Ekor Sapi ke Depok, Beratnya Hampir 2 Ton
Pelaksanaan Ibadah Haji 2025 Tuai Beragam Masalah, Jamaah Indonesia Termasuk Depok Sulit ke Mina
Tiga Kecamatan di Depok Diamuk Puting Beliung! 366 Rumah Rusak, 1.200 Jiwa Terdampak, Satu Meninggal