RADARDEPOK.COM - Barak Militer ala Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi digadang-gadang akan diubah menjadi muatan lokal (Mulok) Bela Negara di sekolah, dapat tanggapan positif.
Praktisi dan Akademisi Perlindungan Anak, Jeanne Noveline Tedja, misalnya. Nane -sapaan Jeanne Noveline Tedja- memahami bahwa niat awal program barak militer KDM adalah untuk membentuk kedisiplinan dan jiwa nasionalisme pada pelajar.
Namun, penempatan remaja di lingkungan semi-militer untuk waktu tertentu harus benar-benar mempertimbangkan aspek psikologis, pedagogis, serta hak-hak anak.
Baca Juga: Enam ASN Luar Depok Daftar Sekda, Siapa Aja Orangnya?
Barak bukanlah tempat yang ideal untuk tumbuh kembang remaja, apalagi jika tidak diimbangi pendekatan yang humanistik dan mendidik.
'Maka ketika kebijakan ini dihentikan, saya memandangnya sebagai bentuk koreksi yang konstruktif dari DPRD provinsi," ungkap Jeanne Noveline Tedja kepada Radar Depok, Selasa (24/6).
Menurut Nane, mengganti pendekatan tersebut dengan integrasi muatan lokal bela negara di SMA dan sederajat justru bisa jauh lebih efektif.
Baca Juga: Polisi Amankan 75 Pria, Diduga Melakukan Pesta Seks Sesama Jenis di Puncak Bogor
Nilai-nilai bela negara bisa ditanamkan melalui pembelajaran kontekstual, kegiatan ekstrakurikuler, dan keteladanan di sekolah.
Pendidikan karakter, cinta tanah air, dan tanggung jawab sosial bisa ditanamkan tanpa harus membentuk remaja dengan pendekatan yang berisiko membentuk mentalitas kekerasan atau ketundukan semu.
Dia mendorong agar pelibatan guru, psikolog pendidikan, serta tokoh masyarakat dalam merancang kurikulum muatan lokal bela negara dilakukan secara serius dan partisipatif.
Baca Juga: Di Sidang Eksepsi, Rudy Kurniawan Tepis Lakukan Asusila dan Dakwaan Dinilai Tak Penuhi Persyaratan
"Dengan begitu, kita mendidik generasi muda bukan dengan ketakutan, tetapi dengan kesadaran," ungkap perempuan bergelar Doktor lulusan UI ini.
Diubahnya program ini, sambung Jeanne Noveline Tedja, tentu ada efisiensi anggaran yang signifikan. Program barak militer sebelumnya memakan biaya hampir Rp6 miliar, yang sebagian besar terserap untuk akomodasi, logistik, dan pelibatan aparat.
Padahal efektivitasnya terhadap perubahan perilaku remaja belum terbukti secara komprehensif.
Artikel Terkait
Temuan Zat Psikoaktif Baru, BNN Depok Awasi Peredaran Narkoba di Kalangan Pelajar
Wacana Pemekaran Provinsi Baru Kembali mencuat, Depok dan Bogor Masuk Provinsi Sunda Pakuan
Pidana Hantui Pengelola Koperasi Merah Putih, 63 Koperasi di Depok Ditaksir Terima Rp315 Miliar
Konter Telepon di Kota Depok Jual 1.164 Butir Obat Keras, Polisi Beberkan Modusnya
Animo Depok Run Festival 2025 Luar Biasa! 2.500 Peserta Penuh Sukacita Rasakan Perubahan
Disdik Depok Akan Percantik 119 Toilet SD hingga SMP, Segini Total Anggarannya