Minggu, 21 Desember 2025

Jalan Terjal Depok Raih Adipura : Perbaiki di Hulu, Perbaiki Budaya Masyarakat

- Kamis, 14 Agustus 2025 | 08:00 WIB
Walikota Depok, Supian Suri, turun langsung mengangkut sampah dari TPS liar di kawasan Tugu. (ist)
Walikota Depok, Supian Suri, turun langsung mengangkut sampah dari TPS liar di kawasan Tugu. (ist)

RADARDEPOK.COM – Menjelang penilaian penghargaan Adipura, persoalan pengelolaan sampah di Kota Depok masih menjadi sorotan. Perlu pembenahan menyeluruh, termasuk soal budaya masyarakat dalam mengelola sampah.

Anggota DPRD Jawa Barat, Hasbullah Rahmad menilai, mengejar Adipura tanpa memperbaiki akar masalah hanya akan menjadi upaya sementara.

“Adipura itu tidak usah dikejar. Kalau budaya masyarakatnya sudah bersih, membuang sampah pada tempatnya, penghijauan bagus, dan pengelolaan TPA berbasis teknologi, maka Adipura akan datang dengan sendirinya,” jelas Hasbullah Rahmad kepada Radar Depok, Rabu (13/8).

Hasbullah Rahmad mengatakan, persoalan itu tidak dapat diselesaikan hanya dengan pendekatan konvensional. Perlu kombinasi teknologi, perubahan budaya masyarakat, dan inisiatif kebijakan yang progresif.

“Urusan sampah di perkotaan itu memang complicated. Hampir semua kota tidak memiliki lahan TPA yang cukup representatif. TPA Cipayung misalnya, kapasitasnya sudah sangat terbatas. Sampah menumpuk tinggi karena belum ada pengelolaan berbasis teknologi. Masih open dumping,” kata Hasbullah Rahmad.

Baca Juga: Menuju Adipura : Dihantui TPS Liar dan TPA Open Dumping, Kota Depok jangan jadi Kota Kotor

Menurut Hasbullah, pengelolaan sampah harus menggunakan pendekatan teknologi modern, untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA.

“Jadi kalau pengelolaan sampah itu tidak memakai teknologi, pasti akan numpuk. Jadi harus berbasis teknologi untuk mengurangi tumpukan sampah di TPA,” ujar Hasbullah.

Hasbullah mengusulkan, agar masyarakat mulai memilah sampah dari sumbernya, terutama di tingkat rumah tangga. Sampah organik dapat dijadikan kompos atau makanan maggot yang berguna sebagai pakan ternak. Sedangkan sampah anorganik sebaiknya didaur ulang.

“Selama ini sampah rumah tangga dicampur, diikat dengan plastik lalu dibuang. Padahal, kalau dipilah, bisa memberikan nilai ekonomis dan lingkungan lebih terjaga,” kata Hasbullah

Lebih lanjut, Hasbullah menekankan, pentingnya perubahan perilaku masyarakat. Dia mengimbau warga agar tidak membuang sampah sembarangan, seperti di sungai, pinggir jalan, atau pojok-pojok kota.

“Budaya membuang sampah pada tempatnya harus menjadi gerakan masif. Ini juga akan berdampak pada penilaian Adipura karena kebersihan lingkungan menjadi indikator utama,” ujar Hasbullah.

Untuk mendukung pengelolaan di lapangan, Hasbullah menyarankan, agar pemerintah kota membangun tempat penampungan sementara (TPS) yang tertutup dan higienis, seperti kontainer portable yang bisa diangkut dua hari sekali.

“Artinya konsep TPS downtrack yang portable, bisa diambil perdua hari sekali seperti kontainer. Tetapi kalaupun ada sampah di dalamnya itu tidak busuk, tidak menciptakan aroma dan air. Ini bisa mengurangi bau dan tampilan kumuh yang sering kali muncul di sekitar TPS konvensional,” tutur Hasbullah.

Tak hanya itu, Hasbullah juga mendorong Pemkot Depok untuk mengaktifkan kembali program ‘Jumat Bersih (Jumsih)’ sebagai tradisi di lingkungan dari tingkat kota hingga RT-RW.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X