Minggu, 21 Desember 2025

Refleksi Malam Lailatul Qadar: Mengejar Spiritualitas Tertinggi

- Jumat, 14 April 2023 | 09:02 WIB

Oleh: Dr. H. Heri Solehudin Atmawidjaja*)

RADARDEPOK.COM – Hari ini kita telah memasuki etape terakhir dalam rangkaian Ibadah Ramadhan, didalam beberapa riwayat disebutkan sebagai etape yang penuh keistimewaan karena di dalamnnya terdapat malam Lailatul Qadar, yang di dalam surat Al-Qadr disebutkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan (khoirun min alfi sahrin).

Secara leksikal kata Lailatul Qadar berasal dari dua kata yaitu al-lailah dan al-qadr. Al-lailah yang berarti malam yang identik dengan kegelapan, kesunyian dan lain sebagainya.

Kata “Laila” pada ayat tersebut menunjukkan bahwa prestasi puncak spiritual yang menggambarkan kedekatan antara manusia dengan Sang Khalik akan terjadi di malam hari, akan tetapi makna esoterisnya lebih penting dibandingkan fakta malamnya.

Sedangkan kata Al-Qadra menurut Al-Wahidi merupakan bentuk mufrod yang bermakna “ketentuan” sebagaian ulama ada yang mengartikan sebagai ukuran atau ketetapan, yaitu sebagai malam penetapan Alloh bagi perjalanan hidup ummat manusia.

Baca Juga: Hikmah Nuzulul Qur'an 1444 H: Al-Qur’an Pemandu Jalan Perubahan

Jika kita merujuk pada pengertian terakhir ini maka sudah semestinyalah kita semua menjadikan Lailatul Qadar sebagai malam yang istimewa.

Saking istimewanya maka tidak ada satu penjelasan yang pasti tentang waktu turunnya malam Lailatul Qadar, sebagaian hanya menyebutkan di 10 hari terakhir dibulan Ramadhan yaitu pada malam-malam tanggal ganjil dan diriwayatkan dengan  hanya melalui tanda-tanda alam yang masih diselimuti misteri.

Menguji Orang yang Beriman

Dirahasiakannya malam lailatul qadar dimaksudkan agar kita semua memaksimalkan ibadah kita, upaya kita mendekatkan diri kepada Alloh baik melalui sholat malam maupun ibadah-ibadah yang lainnya sepanjang malam-malam di etape terakhir bulan yang penuh maghfiroh ini.

Baca Juga: Mensucikan Niat dan Meluruskan Arah Perubahan (Tarhib Ramadhan 1444 H)

Jika merunut pada peristiwanya yang terjadi pada fase akhir bulan Ramadhan, maka dapat dilihat sebagai ujian kenaikan kelas bagi hamba-hambanya yang menjalankan Ibadah Ramadhan, itulah kenapa Alloh hanya menguji orang-orang yang beriman, karena agar orang-orang yang telah beriman dapat meningkatkan derajat keimanannya.

Sebagaimana diriwayatkan dalam dua hadist dibawah ini;

“Man shooma romadhona iimaanan wahtishaaban ghifiro lahu ma taqhaddama min dhambihi” (barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan ihtishab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu HR. Bukhari). Dan ada juga hadist;

“Man Qooma romadhona imaanan wahtisaaban ghufiro lahu ma taqoddama min dhambihi” (Barang siapa yang melakukan sholat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan ihtishab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu. HR. Bukhari).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Membangun Komunikasi Inklusif Bagi Difabel

Kamis, 11 Desember 2025 | 19:43 WIB

Satu Negeri Dua Realitas

Jumat, 28 November 2025 | 08:55 WIB

Pahlawan Hari Ini

Senin, 10 November 2025 | 19:20 WIB

Menembus Pasar Internasional dengan Produk Daur Ulang

Selasa, 16 September 2025 | 19:56 WIB
X