Triple burden of malnutrition atau tiga masalah utama malnutrisi yang dihadapi
Indonesia meliputi kurang gizi (stunting dan wasting), overweight, dan defisiensi mikronutrien
(Rah et al., 2021).
Ketiga masalah tadi mempunyai definisi sebagai berikut; stunting adalah
keadaan dimana tinggi badan anak lebih rendah dari rata-rata tinggi badan anak seusianya,
wasting berkaitan dengan berat badan yang lebih rendah dibanding rata-rata berat badan anak seusianya.
Jika stunting dan wasting biasa diderita oleh anak-anak dan penyebabnya sangat komplek yaitu pada 1000 hari pertama kehidupan, sebelum dan saat hamil, saat menyusui, dan anak dibawah usia 2 tahun. Overweight atau kelebihan berat badan bisa diderita oleh semua jenis usia, umumnya pada usia dewasa.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), prevalensi stunting pada anak di bawah lima tahun di Indonesia adalah sekitar 27,7% pada tahun 2020, sementara tingkat obesitas pada orang dewasa juga terus meningkat.
Masalah ketiga adalah defisiensi mikronutrien di Indonesia meliputi defisiensi zat besi,
zink, asam folat, vitamin A, dan Iodium (Bailey et al., 2015).
Baca Juga: Pangkostrad Periksa Kesiapan Operasi Satgas Pamtas Mobile TNI Yonif MR 411 Kostrad TA 2023
Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa masalah malnutrisi dapat mempengaruhi
perkembangan PTM di Indonesia. Misalnya, kelebihan gizi dan obesitas telah terbukti
meningkatkan risiko terjadinya diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular pada orang dewasadi Indonesia.
Di sisi lain, kekurangan gizi dan malnutrisi energi protein dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular pada masa dewasa (Handayani Utami et al., 2019).
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk memperhatikan hubungan antara PTM
dan malnutrisi di Indonesia dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengurangi risiko
kesehatan yang terkait dengan kedua masalah tersebut.
Baca Juga: 21 Sapi di Depok Kena LSD, Timbul Benjolan dan Bernanah
Upaya untuk mempromosikan pola makan yang sehat dan aktifitas fisik yang cukup dapat membantu mencegah dan mengelola PTM, sementara program-program intervensi gizi dapat membantu mengurangi tingkat malnutrisi dan risiko kesehatan yang terkait.
Selain itu, edukasi dan kesadaran masyarakat juga penting untuk meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya menjaga kesehatan dan mencegah PTM serta masalah malnutrisi.
Beberapa contoh gerakan yang digalakan oleh pemerintah melalui kementrian maupun
lembaga pemerintah adalah gerakan untuk memberikan bantuan telur dan daging pada
keluarga rawan sunting yang dilakukan oleh Badan Pangan Nasional.
Kementrian Kesehatanmelalui Menteri Kesehatan Budi Sadikin memaparkan beberapa intervensi holistik yang akan dilakukan kemenkes untuk menurunkan prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024.
Intervensi holistic tersebut dibagi menjadi dua yakni intervensi spesifik dan intervensi
sensitif. Intervensi spesifik adalah intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 hari
pertama kehidupan (HPK) dan kepada ibu sebelum dan di masa kehamilan, yang umumnya
dilakukan di sektor Kesehatan.