RADARDEPOK.COM - Selang infus masih tertancap di lengan kanan Hayatunnisa, siswi kelas XI dan Nailah Almaqfira siswi kelas XII, SMKN 1 Cileungsi, di ruang Diamond 10 Rumah Sakit MH Thamrin, Cileungsi.
Keduanya baru saja terlelap selepas mengalami kejadian ambruknya atap sekolahnya, di Jalan Raya Narogong KM16,5, RT2/RW3, Limus Nunggal, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Rabu (10/9).
Hayatunnisa masih merasakan nyeri di bagian kepala, empat jahitan yang sudah diperban jadi bukti rapuhnya atap sekolahnya.
Perempuan yang masih mengenakan seragam Pramuka ini tahu betul bagaimana atap sekolahnya sekelibat ambruk. Kejadian sekira pukul 09:15 WIB, menjadi petaka buat dia bersama ratusan siswa dan siswi di empat kelas lantai 2 sekolah.
Hayatunnisa sempat mengingat peristiwa tersebut. Dia kala itu sedang jam istirahat, dia bersantai sambil bermain dengan gadgetnya.
“Itu nggak ada hitungan satu detik doang, langsung roboh. Nggak ada bunyi atau apa, langsung ambruk,” ujar Hayatunnisa kepada Radar Depok, Rabu (10/9).
Baca Juga: Pemkot Depok Diminta Bereskan Data Administrasi Warga Pendatang
Dia terbangun dalam kondisi kelas yang porak-poranda. Teman-temannya tak bergerak, beberapa tertimbun plafon, genteng, bahkan baja ringan. Dia sendiri nyaris tidak bisa berdiri, terjebak di tengah reruntuhan.
“Aku bangun, lihat temen-temen udah rata semua. Ketimbun semua. Aku nangis, teriak. Nggak tahu mau ke mana, nggak tahu harus lewat mana,” katanya.
Menurutnya, di tengah kekacauan tersebut, terdengar suara yang familiar. Suara Ketua Kempetesi keahlian (Kakom) nya memberi petunjuk. “Dari sini, lewat sini,” sambil menunjukkan jalan lewat kolong meja.
Baca Juga: Catat! Cagar Budaya Depok Tambah Lima Aset
Satu persatu siswa keluar dari celah sempit itu, merangkak di atas pecahan dan serpihan genteng. Saat akhirnya keluar dari ruangan, yang tersisa hanyalah puing. “Langit kelihatan dari dalam kelas. Udah kayak bukan sekolah lagi,” tutur Hayatunnisa.
Darah terus mengalir dari kepalanya. Awalnya dia mengira hanya luka ringan, namun ketika tangannya menyentuh kepalanya yang penuh darah, dia menyadari sesuatu tidak beres. Tak lama kemudian, ambulan datang dan dia menjadi salah satu yang pertama di evakuasi.
“Aku disuruh naik ambulan yang pertama. Dilarinnya ke sini (RS MH Tamrin). Terus tiba-tiba dijahit. Tapi posisinya masih sadar. Cuma kayak trauma aja sih, kayak takut lagi aja, takut ketiban lagi kalau ke sekolah,” ungkap Hayatunnisa.
Artikel Terkait
Sekda Depok : Evaluasi Perwal Tunjangan Rumah Anggota DPRD Masih Perlu waktu
Partai di Depok Bersiap Bongkar Muat Struktur, Nama Baru Mulai Muncul
Terdakwa Asusila, Anggota DPRD Kota Depok Rudy Kurniawan Dituntut 13 Tahun Penjara
Tenang! Campak Bisa Dicegah dengan Imunisasi : Begini Penjelasan Dinkes Depok
Dilepas Walikota Supian Suri, 129 Atlet Depok Berangkat Popda dan Peparpeda Jawa Barat : Ini Targetnya!
Rumah Longsor Akibat Overload Sampah TPA Cipayung, Gugatan Ganti Rugi Warga Pasir Putih Depok Masuk Kasasi di Mahkamah Agung