“Untuk pneumonia, data yang di peroleh berdasarkan umur dan jenis kelamin dimulai dari periode Januari-Juli 2023. Untuk data terbarunya kami sedang dalam proses pendataan,” kata Umi Zakiati.
Baca Juga: Pemkot Berikan Pendampingan Anak Bungsu Korban Pembunuhan di Sukamaju Baru Depok
Ketika ditanya adanya kenaikan penderita ISPA dan apa penyebabnya, Umi Zakiati enggan menjawab.
Adanya hal tersebut, Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI), Tri Yunis Miko menyampaikan, kualitas udara harus diperhatikan dan diatasi dengan benar.
"Pertama, kualitas udara di Jabodetabek itu harus benar-benar diperhatikan dan harus diatasi segera," ungkap Tri Yunis Miko kepada Radar Depok, Selasa (15/8).
Baca Juga: Sekda Depok Supian Suri Dorong Milenial Doyan Membaca, Ini Alasan Sekda
Jakarta yang menjadi tiga besar dengan kualitas udara terburuk, Tri Yunis Miko menjelaskan, hal tersebut merupakan sebuah peringatan bagi Indonesia untuk bergegas memperbaiki segala sesuatunya.
"Menurut saya, ini menjadi pukulan buat Indonesia karena Jakarta adalah Ibu Kota Negara (IKN) sampai saat ini. Jadi ini adalah masalah yang harus segera diperbaiki oleh bangsa ini," jelas Tri Yunis Miko.
Dampaknya terhadap kesehatan, Tri Yunis Miko mengungkapkan, dibagi menjadi dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang. "Dampak jangka pendeknya, banyak terjadi penyakit yang namanya ISPA," ujar Tri Yunis Miko.
Baca Juga: Presiden Sebut Kaesang Tidak Maju Pilkada Depok, Begini Kata PSI Depok
Dampak jangka panjangnya, lanjut Tri Yunis Miko, penyakit-penyakit seperti asma akan banyak terjadi di Jabodetabek. "Bahkan, yang menakutkan adalah kanker paru akan banyak di Jabodetabek," terang Tri Yunis Miko.
Dampak kesehatan lainnya, beber Tri Yunis Miko, akan sangat mengganggu pernapasan masyarakat yang tinggal di Jabodetabek. "Sehingga, harus segera diatasi, baik itu asap polusi rumah tangga, pabrik, dan kendaraan, harus segera diatasi," ucap Tri Yunis Miko.
Tri Yunis Miko memberikan beberapa solusi, seperti melakukan Gerakan Green di Jabodetabek.
Baca Juga: Jambore Pramuka Dunia Rasakan Angin Kencang, Kontingen Kota Depok Merasa Nyaman
Seharusnya melakukan gerakan green, seperti yang dilakukan di Manila, Filipina. Solusinya lainnya, menurut Tri Yunis Miko, harus dibuat Kota Hijau yang akan berpatokan dengan kendaraan, seperti kereta, MRT dan sepeda motor.
Artikel Terkait
Progres Lokus P2WKSS Duren Seribu Capai 70 Persen
Mahasiswa FKUI Edukasi Warga Cipayung, Pengenalan Kalkulator IKO dan Kesehatan Reproduksi
Petugas Damkar Selamatkan Warga Cipayung Jaya yang Dua Jam Terjebak di Sumur Puluhan Meter
Disdagin Berikan Sosialisasi Sertifikat TKDN
Tapos Adakan Lomba Podyandu Tingkat Kecamatan
Siswa SMA di Depok Diduga jadi Korban Perundungan, Polisi Tunggu Laporan Korban
Klakson Telolet Dilarang, Polres Metro Depok Akan Merazia : Ini Aturannya