RADARDEPOK.COM - Pencapaian seorang Tajudin Tabri selaku Wakil Ketua DPRD Kota Depok yang menjabat sampai saat ini, faktanya memiliki perjalanan hidup yang penuh dengan lika-liku. Tak semerta hidup enak begitu saja. Dia menjalani kehidupan yang begitu keras. Penuh dengan perjuangan.
Laporan : Aldy Rama
Siapa sangka. Dibalik pencapaian Tajudin Tabri selaku Wakil Ketua DPRD Kota Depok yang menjabat periode 2024-2029 ini, terdapat kisah yang telah dilaluinya begitu panjang.
Faktanya, pria yang kini berusia 57 tahun itu lahir dan besar dari keluarga yang sangat sederhana. Berdomisili di Kelurahan Krukut, Kecamatan Limo, Kota Depok.
Sejak belia Tajudin Tabri sudah menelan berbagai pil pahit. Ia menempa hidup yang begitu keras, hingga rela melakoni berbagai pekerjaan serabutan sejak duduk di bangku SMP.
Di usia mudanya, Tajudin Tabri sudah berjuang mati-matian demi kehidupan dan pendidikan yang layak.
Hal itu diungkapkan Tajudin Tabri Kepada Radar Depok secara terang-terangan, saat jam santainya di Gedung DPRD Kota Depok.
Baca Juga: Intip Keseruan Bazar UMKM Mapan di Depok: Hadirkan Produk Lokal dan Berbagai Perlombaan
Pil pahit yang ia telan dan ceritakan, berawal pada saat keluarga hingga taraf ekonominya yang tak mengenakkan. Dan hal itu diterpanya sekitar tahun 1980-an.
"Pada tahun 1980-an itu bapak saya sakit-sakitan. Cerai, hingga ekonomi anjlok. Akhirnya rumah terpaksa dijual lalu saya pindah ke Krukut," ungkap putra asli Krukut tersebut.
Pada kondisi keluarga hingga ekonomi yang sulit tersebut, Tajudin Tabri terus bertekad untuk melanjutkan jenjang pendidikannya di bangku SMP. Sambil bekerja serabutan, pria kelahiran 1967 itu menamatkan pendidikan SMP meski harus berpindah-pindah tempat.
"SMP kelas I saya di Ciganjur, Jakarta Selatan. Kelas II di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Kelas tiga di Borobudur, Cilandak. Semasa sekolah saya pernah jadi tukang kebun sampai sekolah sambil jualan es mambo. Dulu, sangking pengennya saya tamat sekolah itu saya rela bekerja tidak dibayar, yang penting bisa sekolah sama dikasih makan," ungkap Tajudin Tabri.
Sementara saat ia duduk di bangku SMA, Tajudin Tabri mengikuti arah angin ibunya yang telah menikah lagi hingga lulus sekolah. Usai menamatkan jenjang pendidikan SMA, Tajudin Tabri sempat bekerja pada bidang kontraktor di Lampung dan Depok.
Artikel Terkait
31 Tahun Tragedi Tabrakan Kereta Ratu Jaya Depok : Suami dan Istri Tewas Dalam Kereta Berbeda
Tragedi Kereta Ratu Jaya : Perlintasan Kereta Ilegal Tanggung Jawab KAI, Pemkot Depok Ready Bangun Flyover Citayam
Mengenang Stasiun Bayangan Pondok Terong Depok, Lebar Tujuh Meter, Panjang 15 Meter, dan Satu Loket di Utara
Tragedi Kereta Ratu Jaya Kota Depok : Pengamat Minta Tegas Tutup Perlintasan Kereta Ilegal dan Bangun Flyover Kecil
Tragedi Kereta Ratu Jaya : KAI Akui Ada 15 Titik Pintu Perlintasan Ilegal, Dewan Jabar Soal Flyover Silakan Tanya Pemerintah Setempat
7 Aspirasinya Disepakati! FPI, GNPF Ulama dan Persada 212 Dukung Penuh Imam-Ririn jadi Walikota dan Wakil Walikota Depok
Siapa Unggul Survei Puskapol UI di Pilkada Depok? Peneliti UI: Tergambar Pada Angka Kepuasan atau Ketidakpuasan