Malang melintang berjalannya waktu, pada tahun 1992 Tajudin Tabri kemudian melepas status lajangnya, dengan menikahi seorang gadis Betawi. Tak mewah. Hanya dengan mahar senilai Rp400 ribu.
“Tahun 1992 itu saya memutuskan untuk menikah dengan gadis Betawi, maharnya pun hanya Rp400 ribu,” beber Tajudin Tabri.
Sebagai kepala keluarga. Tentunya Tajudin Tabri harus menafkahi sang istri. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, berbagai usaha pun ia lakoni. Ia memulainya dari pegawai honorer di Kelurahan Krukut, pengusaha perumahan, hingga sopir angkot.
Semasa dirinya berprofesi sebagai sopir angkot, Tajudin Tabri mencari penumpang dengan rute Lebak Bulus-Sawangan. Dengan jam kerja yang bergantian, ia tetap menahkodai angkot kesayangannya kala itu semata untuk butiran nasi.
"Saat saya menjadi sopir angkot, saya mulai narik itu dari subuh, terus jam 9 pagi pulang, diterusin sama sopir angkot yang lain sampai jam 5 sore. Terus saya narik lagi sampai jam 9 malam. Pokoknya semasa itu hidup saya pahit,” beber Tajudin Tabri.***
Artikel Terkait
31 Tahun Tragedi Tabrakan Kereta Ratu Jaya Depok : Suami dan Istri Tewas Dalam Kereta Berbeda
Tragedi Kereta Ratu Jaya : Perlintasan Kereta Ilegal Tanggung Jawab KAI, Pemkot Depok Ready Bangun Flyover Citayam
Mengenang Stasiun Bayangan Pondok Terong Depok, Lebar Tujuh Meter, Panjang 15 Meter, dan Satu Loket di Utara
Tragedi Kereta Ratu Jaya Kota Depok : Pengamat Minta Tegas Tutup Perlintasan Kereta Ilegal dan Bangun Flyover Kecil
Tragedi Kereta Ratu Jaya : KAI Akui Ada 15 Titik Pintu Perlintasan Ilegal, Dewan Jabar Soal Flyover Silakan Tanya Pemerintah Setempat
7 Aspirasinya Disepakati! FPI, GNPF Ulama dan Persada 212 Dukung Penuh Imam-Ririn jadi Walikota dan Wakil Walikota Depok
Siapa Unggul Survei Puskapol UI di Pilkada Depok? Peneliti UI: Tergambar Pada Angka Kepuasan atau Ketidakpuasan