RADARADEPOK.COM - Masalah ketahanan pangan masih menjadi tantangan serius, terutama bagi masyarakat miskin yang rentan terhadap fluktuasi harga pangan dan aksesibilitas pangan serta seringkali terpinggirkan dalam akses terhadap sumber daya pangan yang memadai
Desa Cipambuan merupakan salah satu desa yang terletak berdampingan dengan kawasan Sentul City yang dikenal sebagai kawasan perumahan elit dengan berbagai fasilitas modern seperti tersedia restoran, fasiltias kuliner, hal ini menyajikan kontras yang mencolok dimana masyarakat Desa Cipambuan sering kali menghadapi tantangan yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.
Meskipun lokasinya dekat dengan kawasan Sentul City yang kaya akan fasilitas, banyak warga desa yang masih bergantung pada pertanian tradisional dan hasil panen yang tidak selalu mencukupi kebutuhan sehari-hari
Baca Juga: Revitalisasi Sekolah sebagai Upaya Pemerintah Memberikan Layanan Pendidikan Bermutu untuk Semua
Hal ini terlihat jelas bahwa di satu sisi, masyarakat miskin masih kesulitan memperoleh makanan bergizi secara berkelanjutan. Namun, di sisi lain, pemborosan pangan masih kerap terjadi.
Ironisnya, pangan yang masih layak konsumsi sering berakhir menjadi sampah.Untuk menjawab persoalan tersebut, Universitas Persada Indonesia YAI melalui program pengabdian kepada masyarakat berinisiatif mengenalkan model bisnis sirkular ekonomi yaitu konsep menekankan pemanfaatan kembali sumber daya agar tidak langsung menjadi limbah.
Di Cipambuan, warga diajak mengolah sayuran afkir dari pasar dan sisa bahan makanan yang masih layak konsumsi. Dari bahan sederhana itu, lahirlah berbagai produk bernilai, seperti keripik sayuran, pakan ternak, hingga kompos organik.
Baca Juga: GEMBIRA : Pendampingan Skrining Status Gizi dan Pengukuran Antropometri Daycare 2025
Hasil kegiatan itu tidak hanya mengurangi volume sampah organik, tetapi juga membuka peluang usaha kecil yang dapat menambah penghasilan warga. Dengan biaya hidup yang semakin tinggi, peluang ekonomi ini menjadi angin segar bagi keluarga kurang mampu.
Keberhasilan program ini didukung pendanaan dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) dan menggandeng KISUCI (Komunitas Iklim Sungai Cikeas) sebagai mitra lokal. Tujuan kegiatan untuk mengurangi pemborosan makanan sekaligus meningkatkan ketahanan pangan keluarga miskin di Cipambuan.
Dukungan biaya dari DRPM digunakan untuk penyediaan peralatan produksi sederhana yang telah menghasilkan pupuk kompos dan green pelet makan ternak, pelatihan diversifikas makan untuk warga dari sayur afkir yang layak konsumsi tapi tidak layak jual yang didapat dari pasar sentul city.
Dengan bekal ini, masyarakat Cipambuan tidak hanya belajar mengolah limbah pangan, tetapi juga bagaimana mengelola usaha agar berkelanjutan.
Seiring berjalannya program, dampak positif mulai terlihat. Pengelola pasar sentul city yang sebelumnya hanya membuang sayuran afkir kini bisa dimanfaatkan untuk dijual kembali dalam bentuk produk olahan. Pengeluaran rumah tangga berkurang karena makanan bisa dimanfaatkan lebih lama, sementara pemasukan bertambah dari hasil penjualan produk.