Oleh: Dr. H. Heri Solehudin Atmawidjaja*)
RADARDEPOK.COM – Hari ini kita ummat Islam telah menyempurnakan seluruh rangkaian ibadah ramadhan baik Sholat Tarawih, tadarus Al-Qur’an, i'ktikaf menyambut malam Lailatul Qadar, bershodaqoh dan lain sebagainya dalam rangka mencapai derajat tertinggi disisi Alloh SWT.
Maka hari ini kita merayakan kemenangan di Hari Raya Iedul Fitri, kata Iedul Fitri berasal dari dua kata yaitu al-id yang berasal dari kata al-adah yang berarti tradisi atau kebiasaan.
Menurut Ibnu Al-A’rabi seorang ulama ahli bahasa menyebut Id (Al-id) berarti kembali, yang maksudnya adalah datangnya hari itu memberikan kegembiraan bagi ummat Islam yang telah kembali menjadi suci, atau mengalami pembaharuan.
Baca Juga: Strategi 5-D untuk Pembelajaran Berdiferensiasi
Hal ini tentu berbeda dengan budaya dalam masyarakat kita yang selalu mengidentikkan Iedul Fitri dengan kebaruan busana ataupun pakaian kita, baju dan pakaian-pakaian yang serba baru. Dalam sebuah maqolah Bahasa Arab disebutkan:
“Laisal ied liman labisal jadied Walakinnal ied liman takwahul zayyid”
(Yang disebut Iedul Fitri bukanlah orang-orang yang pakai baju dan pakaian baru akan tetapi iedul fitri adalah bertambahnya ketaqwaan kita kepada Alloh SWT)
Sedangkan kata Fitr adalah masdar dari fathara yang artinya makan minum (sarapan pagi) setelah berhasil memasuki hari kemenangan karena berhasil menahan lapar, dahaga, hawa nafsu dan segala larangan Alloh selama sebulan penuh.
Baca Juga: Refleksi Malam Lailatul Qadar: Mengejar Spiritualitas Tertinggi
Dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah break fast yang secara tekstual artinya merusak puasa.
Dan mereka yang lulus puasa adalah mereka yang sukses menaklukkan jiwanya menuju kualitas diri yang secara ruhaniyah paripurna setelah melalui jalan terjal menuju pencapaian melalui serangkaian ibadah Ramadhan selama satu bulan penuh.
Iedul Fitri sebenarnya dapat juga diartikan sebagai perpaduan harmonis antara nilai-nilai ilahiah dan insaniah (dimensi teologis dan dimensi sosiologis) yang dapat terpancarkan dari kebaikan dan kebajikan perilaku dalam kehidupanya.
Iedul Fitri memperkuat tautan kita kepada Sang Pencipta (Alloh SWT) serta memperkuat tali persaudaraan kita kepada sesama umat manusia.
Hal tersebut mengingatkan kita bahwa tingkat hidup manusia menurut teori Moslow bergerak dari pemenuhan kebutuhan primer yang elementer menuju pada aktualisasi yang substantif, sehingga proses pencapaian hidupnya akan bergerak dari struktur bawah yang bersifat indrawi ke tangga struktur puncak yang bersifat ruhani (spiritual).