Minggu, 21 Desember 2025

FKSS Depok Kumpulkan Bukti PTUN-kan Dedi Mulyadi, Janji Berikan AC Belum Teralisasi

- Rabu, 23 Juli 2025 | 18:24 WIB
Suasana belajar di salah satu sekolah negeri di Kota Depok dengan menerapkan kebijakan 50 siswa perombel. (ANDIKA EKA/RADAR DEPOK)
Suasana belajar di salah satu sekolah negeri di Kota Depok dengan menerapkan kebijakan 50 siswa perombel. (ANDIKA EKA/RADAR DEPOK)

Baca Juga: Polres Metro Depok Beri Penghargaan untuk Dua Warga yang Gagalkan Pencurian Uang Ratusan Juta, Kombes Abdul Waras : Jadi Motivasi Ciptakan Keamanan

Kendati demikian, Siswanto menilai kurang tepatnya di balik kebijakan ini adalah untuk meningkatkan daya tampung siswa di sekolah negeri. Dan juga, kekhawatiran kebijakan ini dapat mengancam eksistensi sekolah swasta.

“Dan itu yang memprihatinkan adalah Pak Gubernur akhirnya punya semangat menambah kelas ruang, kelas baru agar banyak siswa yang tertampung di sekolah negeri,” tutur Siswanto.

Siswanto menjelaskan, kondisi di beberapa daerah lain, di mana sekolah negeri justru kalah bersaing dengan swasta.

Baca Juga: Terdakwa Oknum Anggota DPRD Depok Pernah Sekamar Bareng Korban dan Keluarga

“Sebetulnya tidak. Kita berkata pada sekolah dasar ya, negeri SD misalkan. Kalau kita bandingkan di Jawa Timur itu banyak sekolah dasar atau SD negeri itu yang harus dimerger karena kekurangan murid, kalah bersaing dengan swasta-swasta,” ungkapnya.

Terkait kemungkinan pembangunan sekolah negeri baru di Depok, Siswanto menyebutkan opsi ini juga sangat memungkinkan dan bahkan sudah masuk dalam rencana.

Akibat kebijakan 50 siswa perombel, salah satu sekolah swasta di Kota Depok hanya berisikan 17 siswa dalam satu kelas.
Akibat kebijakan 50 siswa perombel, salah satu sekolah swasta di Kota Depok hanya berisikan 17 siswa dalam satu kelas. (ANDIKA/RADAR DEPOK)

“Kemarin kami saat kunjungan ke Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah II Bogor itu, sebetulnya 2024 kemarin sudah direncanakan untuk pembangunan satu sekolah SMA Negeri. Posisinya di Sukmajaya,” tegas Siswanto.

Baca Juga: Sekolah Swasta di Depok Sekelas Cuma Empat Siswi, Dedi Mulyadi Bikin Belajar Tidak Kondusif di Negeri

Terpisah, suasana sesak dan pengap layaknya seperti di sauna benar-benar dirasakan para peserta didik jenjang SMA/SMK negeri di Kota Depok saat ini, setelah diberlakukan kebijakan terkait 50 siswa dalam satu rombongan belajar (Rombel).

Kebijakan yang menuai kontroversi ini, memang menjadi salah satu keluhan peserta didik dan para orang tua terkait persoalan kenyamanan dan kemamanan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di setiap sekolah.

Janji Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang ingin meningkatkan sarana dan prasarana seperti pendingin ruangan atau AC di setiap kelas, belum terealisasi hingga saat ini. Sehingga, para peserta didik harus bertahan di suhu yang panas dalam KBM.

Baca Juga: PN Depok Dituntut Hukum Berat Oknum Anggota Dewan Rudy Kurniawan, Ini Alasannya!

Salah satu siswa SMKN 3 Depok, Marsya syazilia Balqis Irvansyah mengakui kondisi kelasnya saat ini tidak nyaman untuk melaksanakan KBM. Sebab, suhu yang panas membuat kondusifitas konsentrasi para siswa terganggu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Jangan Malas! Ayah di Depok Diminta Ambil Rapor Anak

Jumat, 19 Desember 2025 | 06:30 WIB

Buruh di Depok Ingin UMK Naik 6,5 Persen

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:30 WIB

BPN Depok Sematkan Pin Emas Kepada Kejari

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:30 WIB
X