RADARDEPOK.COM - Usia hanyalah angka sepertinya menjadi ungkapan yang pas disandangkan pada para lansia di Pulau Gili Iyang, Kabupaten Sumenep. Meski sudah berusia di atas 120 tahun mereka masih sanggup berkomunikasi bahkan beraktivitas. Tim Gerakan Anak Negeri akhirnya berhasil menemukan resep rahasia gagahnya para lansia di Pulau Awet Muda.
Laporan : Reka Faturachman
Ekspedisi Gerakan Anak Negeri (GAN) episode kali ini menyasar salah satu pulau di timur Madura bernama Gili Iyang. Paras cantik salah satu daerah di Kabupaten Sumenep itu, bukan menjadi alasan tunggal tim GAN menempuh perjalanan selama 21,5 jam ke sana.
Lebih dari itu, tim ekspedisi ingin membuktikan kesegaran udara Pulau Gili Iyang yang menempati posisi kedua kadar oksigen terbaik di dunia.
Sejak Kamis (19/10) siang, sekira pukul 12.30 WIB, tim sudah menginjakkan kaki di dermaga pulau.
Baca Juga: Ekspedisi GAN ke Pulau Gili Iyang : Kadar Oksigen Tinggi, Hidup Lebih dari 100 Tahun
Perjalanan dilanjutkan dengan odong-odong, (sebutan untuk transportasi khusus pelancong yang disediakan warga setempat). Titik sumber oksigen jadi tempat perdana yang kami datangi.
Namun bukan spot itulah yang menarik perhatian tim ekspedisi. Melainkan seorang pria tua yang tengah terduduk di salah satu gazebo di sana.
Setelah berbincang cukup lama diketahui pria itu bernama Sahlan, satu dari ratusan lansia yang hidup selama lebih dari 80 tahun di Pulau Gili Iyang.
Perbincangan itu mendorong rasa penasaran tim untuk menilik lebih dalam sosok-sosok lansia di pulau berdiameter 10 kilometer itu.
Pada Jumat (20/10) pagi selepas beberes barang bawaan, tim kembali meluncur dengan odong-odong ke beberapa rumah di Pulau Gili Iyang tepatnya di Desa Bancamara.
Rumah Nyi Milati jadi yang pertama. Tim disambut anak sulung Nyi Milati bernama Bunadio yang tahun ini genap berusia 100 tahun.
Bunadio mengatakan, ibunya diperkirakan sudah berusia 130 tahun. Hal itu diketahui karena Milati pernah bercerita bahwa dirinya sudah dewasa ketika Nahdlatul Ulama (NU) dibentuk pada tahun 1926 di Surabaya.
“Ibu saya sudah memiliki 5 generasi. Anaknya ada 4 tapi cuma saya saja yang masih hidup,” ucap Mat Hawan alias Uwan sopir odong-odong yang menjadi penerjemah tim saat berkomunikasi dengan Bunadio.
Kondisi Milati memang sudah tak bisa kuat lagi berjalan, namun dirinya masih bisa berbicara dan duduk menopang tubuhnya sendiri.
Sementara itu Bunadio masih tampak kuat untuk berdiri, berjalan, dan beraktivitas sebagaimana manusia yang jauh berusia di bawahnya.
Di hari yang sama, tim bersua dengan Tami, lansia yang diperkirakan telah berumur 150 tahun. Kondisi dia tak lebih baik dari Bunadio dan Milati.
Tami sudah kehilangan kemampuan mendengarnya sehingga amat sulit berkomunikasi saat diajak berbincang. Meski begitu, ia masih sanggup menyuap makanan ke mulutnya sendiri dan dapat berpindah tempat walaupun dengan cara mengesot.
Artikel Terkait
Kasus Firli Masih Ditangani Polda Metro Jaya
500 Kafilah Adu Ayat Alquran di MTQ XXIII Depok, 2.500 Peserta Riuh di Alun-alun
Begini Nasib Erick, Sandiaga, dan Ridwan Kamil Melesat di Survei Cawapres, Tapi Belum Beruntung
DPR RI Usulkan Resolusi Tentang Gaza, Separuh Suara Parlemen Dunia Mendukung
TikTok Shop Ditutup, Omset Hancur Lebur : Ini Jeritan Hati Pedagang Asal Depok
TikTok Shop Ditutup, Pemkot Depok Buat Marketplace : UMKM Mesti Buat Manuver
Sindiran Puan Maharani yang Diduga Ditujukan kepada Jokowi dan Gibran: Kok, bisa nggak Bersama Kita Lagi!