Senin, 22 Desember 2025

Upaya Tri Handayani Tepis Mitos Tanaman Kantong Semar Bisa Bergerak

- Jumat, 3 Februari 2023 | 11:05 WIB
IKHTIAR PANJANG: Tri Handayani di Wahana Edukasi Nepenthes, Kebun Raya Bogor (11/1). Dia keluar masuk hutan untuk melengkapi koleksi Nepenthes.  (MIFTAHULHAYAT/JAWA POS)
IKHTIAR PANJANG: Tri Handayani di Wahana Edukasi Nepenthes, Kebun Raya Bogor (11/1). Dia keluar masuk hutan untuk melengkapi koleksi Nepenthes. (MIFTAHULHAYAT/JAWA POS)

Dari satu jenis tanaman Nepenthes tadi, Tri bersama sejumlah rekannya mencari alternatif media tanam yang pas untuk menanam kantong semar. Akhirnya ditemukan media yang berupa perpaduan akar tanaman paku sarang burung (Asplenium nidus) yang dirajang kecil-kecil.

Pada sekitar 2004–2005, proposal perburuan Nepenthes-nya tembus dan mendapatkan kucuran dana. Ongkos untuk melakukan eksplorasi kantong semar memang tidak murah. Karena harus keliling satu hutan ke hutan lainnya. Khusus di Kalimantan, biaya makin besar karena harus sewa perahu untuk menyusuri sungai yang membelah belantara.

Selama dua tahun Tri melakukan pengumpulan berbagai jenis Nepenthes dari hutan. Lokasi pencarian Nepenthes yang dia susuri di antaranya adalah di Sungai Wain, Muara Badak, dan Cagar Alam Kersik Luwai yang semuanya berada di Kalimantan Timur. Serta di Taman Nasional Tanjung Puting di Kalimantan Tengah.

Selama eksplorasi di alam bebas itu, Tri merasa menemukan harta karun saat berburu kantong semar di Taman Nasional Tanjung Puting. Di taman nasional yang memiliki luas hampir setengah juta hektare itu, dia berhasil menemukan jenis Nepenthes yang spesial. Nama Nepenthes yang spesial itu adalah Nepenthes x hookeriana. Nepenthes jenis ini hasil persilangan alami dari Nepenthes ampullaria dengan Nepenthes rafflesiana.

Setelah misi keliling hutan itu selesai, Tri menyebutkan, jumlah koleksi Nepenthes di Kebun Raya Bogor bertambah banyak. Lima jenis Nepenthes lain yang dia temukan saat eksplorasi itu adalah Nepenthes ampullaria, Nepenthes rafflesiana, Nepenthes mirabilis, Nepenthes gracilis, dan Nepenthes reinwardtiana.

Tri juga meluruskan mitos atau kepercayaan soal kantong semar yang kerap muncul bahwa tutup kantong semar itu bisa bergerak, lalu menutup saat ada mangsa yang masuk ke kantong. Dia menegaskan, tutup kantong semar tidak bergerak.

Namun, di bagian bawah dari tutup kantong semar itu kaya dengan nektar. Sehingga bisa mengundang semut atau serangga lain. Nah, saat mencari nektar tersebut, tidak sedikit semut yang tergelincir, lalu jatuh ke kantong yang berisi air.

Hewan yang jatuh itu juga tidak langsung mati. Di dalam kantong tidak ada alat pencernaan seperti mulut atau sejenisnya. Serangga yang terjebak di air itu mati perlahan. Kemudian, dari enzim khusus yang dihasilkan, zat protein hewan tersebut diserap oleh tanaman kantong semar.

Menurut Tri, kantong semar atau Nepenthes sejatinya memiliki akar. Tapi, pertumbuhan akarnya tidak seperti tanaman pada umumnya. Akar dari kantong semar tidak bisa menghunjam ke dalam ke tanah. Sehingga tidak bisa menyerap maksimal unsur-unsur di tanah tersebut.

Saat mengenalkan kepada publik, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko juga menyebutkan, secara umum kantong semar tidak boleh diperjualbelikan. ”Kami pilih Nepenthes karena ini salah satu kekayaan hayati Indonesia yang khas,” tuturnya.

Tri juga berharap wahana Nepenthes di Kebun Raya Bogor bisa menjadi tempat masyarakat melihat langsung keberadaan tanaman karnivor. Dan, tak perlu takut dimangsa monster di sana.(JPC/rd)

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X