RADARDEPOK.COM - Hajrial Aswidinnoor melahirkan berbagai varietas padi tipe baru yang bisa ditanam di beragam jenis lahan. Para mahasiswa bimbingannya belajar langsung soal padi di saung 3 x 3 meter.
M. HILMI SETIAWAN, Kab Bogor
SAUNG di pojokan sawah itu bukan sembarangan saung. Bukan hanya untuk berteduh bagi para petani. Melainkan juga markas bagi Hajrial Aswidinnoor menjalankan tugasnya sebagai dosen Divisi Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).
Layaknya ruang kelas, materi kuliah yang lebih praktis mengenai padi diajarkan di situ. Papan putih disiapkan untuk mencatat hasil pemantauan.
Mahasiswa mulai jenjang sarjana, magister, sampai doktor belajar soal padi di saung berukuran sekitar 3 x 3 meter itu. Saat Jawa Pos mampir ke sana pada 20 Mei lalu, Hajrial sedang melakukan bimbingan dengan tiga mahasiswinya.
Dia meminta waktu sebentar untuk menuntaskan bimbingannya. Setelah itu, dia menyempatkan untuk mengecek beberapa bidang sawah. Serta meminta petugas bagian penanaman untuk mengecek kondisi air sudah ideal atau belum.
”Ini markas besar kami yang sederhana,” katanya sambil menaruh caping petani yang dia kenakan di meja.
Pria kelahiran Puruk Cahu, Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah, 29 September 1959, itu mengaku sudah sekitar 20 tahun beraktivitas di sana. Lahan pertanian seluas 0,8 hektare itu adalah kebun penelitian IPB Babakan. Lokasinya tidak jauh dari kampus IPB Dramaga Bogor.
Selama 20 tahunan itu, dia sudah berhasil melepas 13 varietas padi tipe baru. Perinciannya IPB 1R dan IPB 2R.
R adalah singkatan dari rawa. Jadi, dua varietas padi itu dihasilkan untuk ditanam di rawa pasang surut yang banyak ditemukan di Kalimantan.
Kemudian ada IPB 3S dan IPB 4S yang diperuntukkan bagi lahan sawah. IPB 3S banyak berkembang di masyarakat.
Pada 2015 lalu sempat dipanen Presiden Joko Widodo di Karawang dengan luas area tanam mencapai 200 hektare. Varietas padi IPB 3S itu memiliki produktivitas di angka optimal 13,4 ton per hektare.
Selain itu, Hajrial menghasilkan IPB 5R, IPB 6R, IPB 7R, IPB 8G, dan IPB 9G. Dia menjelaskan, varietas dengan akhiran huruf G artinya adalah gogo. Varietas itu dikembangkan dari padi gogo yang cocok ditanam di lahan kering.