Baca Juga: Memakmurkan Masjid ala Masjid Sejuta Pemuda: Ada Tempat untuk Kamping dan Nonton Bareng Sepak Bola
”Misalnya, di sawah kelas satu menghasilkan 8–9 ton per hektare. Sudah sulit mengangkat di atas 9 ton,” katanya.
Begitu pun pada padi, harus ada upaya membuat varietas baru sehingga dapat menghasilkan beras yang lebih banyak lagi. Apalagi, jumlah populasi di dunia terus mengalami peningkatan. Di sisi lain, lahan atau area tanam terus berkurang.
Hajrial mengatakan, varietas padi hasil pengembangan pada masa revolusi hijau memiliki ukuran tanaman pendek. Kemudian anakannya banyak serta daunnya tegak.
Dengan ciri tersebut, padi tipe lama terlihat menguning ketika akan panen. Sebab, malai padinya lebih tinggi daripada daunnya. Ciri lainnya adalah jumlah butir gabah tiap malainya 120–150 butir.
Berbeda dengan padi IPB 9G yang memiliki jumlah gabah mencapai 150 butir per malai. Bahkan ketika ditanam di lahan yang sangat ideal, padi IPB 9G bisa menghasilkan 200–300 butir gabah per malai.
Berangkat dari kegelisahan itu, para ahli padi membuat arsitektur baru untuk varietas padi tipe baru. Yaitu, varietas yang memiliki kapasitas produksi lebih tinggi. Kemudian juga lebih tahan dari hama serta cuaca. Kemampuan tersebut penting karena saat ini perubahan iklim begitu kuat dampaknya terhadap pertanian.
Hajrial menjelaskan, padi tipe baru memiliki beberapa ciri. Di antaranya, batangnya lebih tinggi. ”Jadi, terlihat seperti alang-alang,” ujarnya.
Kemudian jumlah anakan dikurangi. Sebab, anakan yang banyak belum tentu menghasilkan malai dengan jumlah gabah yang lebat. Bahkan ketika anakannya banyak, dibutuhkan konsumsi energi atau pupuk yang besar pula.
Sebagai gantinya, padi tipe baru di-setting supaya memiliki anakan yang sedikit. Meskipun begitu, setiap anakan dibuat memiliki malai dengan jumlah butir beras yang banyak. Sehingga secara akumulasi, produktivitas berasnya semakin besar.
Rekayasa lainnya adalah penguatan pada akar. Sebab, dengan batang pohon yang tinggi, kemudian malai dengan jumlah butir gabah yang banyak, dibutuhkan akar yang kokoh. Maka, akar untuk varietas padi tipe baru dibuat lebih banyak dan menghunjam cukup dalam.
”Supaya padi tidak gampang roboh,” katanya.***
Artikel Terkait
Inisial T Juga Terlibat PMI Ilegal, Benny Jalani Panggilan Bareskrim
Penyelidikan Kasus Sedot Lemak Dilanjutkan Polrestro Depok, Dinkes: Izinnya Kategori Klinik Pratama
Izin WSJ Beauty Depok Hanya Klinik Pratama, Dokter Tak Punya Izin Sedot Lemak : Ancaman 5 Tahun Penjara
Rektor UPN Veteran Jakarta Dilaporkan ke Mendikbud, Ini Sebabnya
Kasus Penganiayaan Daycare di Depok : Polisi Periksa Tiga Saksi, Pemkot Mau Panggil Semua Pengurus Daycare
Pemkot Depok Dukung Larangan Rokok Ketengan : Tekan Perokok Pemula!
SK Pasangan Imam Budi Hartono-Ririn Farabi Arafiq Lengkap! Melangkah Menuju Kemenangan di Pilkada Depok Semakin Ringan