Senin, 22 Desember 2025

Dosen IPB Hajrial Aswidinnoor Aktif Puluhan Tahun Menghasilkan 13 Varietas Padi Baru: Kementan Borong IPB 9G karena Produktivitas Tinggi-Hemat Pupuk

- Jumat, 2 Agustus 2024 | 05:15 WIB
Dosen IPB Hajrial Aswidinnoor memberikan bimbingan kepada mahasiswanya di sawah Babakan yang menjadi lokasi penelitian mahasiswa. (Hilmi Setiawan/Jawa Pos)
Dosen IPB Hajrial Aswidinnoor memberikan bimbingan kepada mahasiswanya di sawah Babakan yang menjadi lokasi penelitian mahasiswa. (Hilmi Setiawan/Jawa Pos)

Baca Juga: Memakmurkan Masjid ala Masjid Sejuta Pemuda: Ada Tempat untuk Kamping dan Nonton Bareng Sepak Bola

”Misalnya, di sawah kelas satu menghasilkan 8–9 ton per hektare. Sudah sulit mengangkat di atas 9 ton,” katanya.

Begitu pun pada padi, harus ada upaya membuat varietas baru sehingga dapat menghasilkan beras yang lebih banyak lagi. Apalagi, jumlah populasi di dunia terus mengalami peningkatan. Di sisi lain, lahan atau area tanam terus berkurang.

Hajrial mengatakan, varietas padi hasil pengembangan pada masa revolusi hijau memiliki ukuran tanaman pendek. Kemudian anakannya banyak serta daunnya tegak.

Dengan ciri tersebut, padi tipe lama terlihat menguning ketika akan panen. Sebab, malai padinya lebih tinggi daripada daunnya. Ciri lainnya adalah jumlah butir gabah tiap malainya 120–150 butir.

Baca Juga: Geliat Upaya Kelurahan Depok Tekan Angka Stunting : Lomba Kudapan Gizi Seimbang, Peserta Kader Posyandu

Berbeda dengan padi IPB 9G yang memiliki jumlah gabah mencapai 150 butir per malai. Bahkan ketika ditanam di lahan yang sangat ideal, padi IPB 9G bisa menghasilkan 200–300 butir gabah per malai.

Berangkat dari kegelisahan itu, para ahli padi membuat arsitektur baru untuk varietas padi tipe baru. Yaitu, varietas yang memiliki kapasitas produksi lebih tinggi. Kemudian juga lebih tahan dari hama serta cuaca. Kemampuan tersebut penting karena saat ini perubahan iklim begitu kuat dampaknya terhadap pertanian.

Hajrial menjelaskan, padi tipe baru memiliki beberapa ciri. Di antaranya, batangnya lebih tinggi. ”Jadi, terlihat seperti alang-alang,” ujarnya.

Kemudian jumlah anakan dikurangi. Sebab, anakan yang banyak belum tentu menghasilkan malai dengan jumlah gabah yang lebat. Bahkan ketika anakannya banyak, dibutuhkan konsumsi energi atau pupuk yang besar pula.

Baca Juga: Asep Ahmad Saefudin, Pengusaha Suplier Ayam dan Fillet Asal Depok, Peluang Bisnis Ayam Menjanjikan : Bagian 1

Sebagai gantinya, padi tipe baru di-setting supaya memiliki anakan yang sedikit. Meskipun begitu, setiap anakan dibuat memiliki malai dengan jumlah butir beras yang banyak. Sehingga secara akumulasi, produktivitas berasnya semakin besar.

Rekayasa lainnya adalah penguatan pada akar. Sebab, dengan batang pohon yang tinggi, kemudian malai dengan jumlah butir gabah yang banyak, dibutuhkan akar yang kokoh. Maka, akar untuk varietas padi tipe baru dibuat lebih banyak dan menghunjam cukup dalam.

”Supaya padi tidak gampang roboh,” katanya.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Fahmi Akbar

Sumber: Jawa Pos

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X